Mosaic of Bricks – ARCHINESIA
Widget Image

Mosaic of Bricks

Mosaic of Bricks

[English text below] Batu bata merupakan material yang tepat digunakan pada rancangan bangunan di negara beriklim tropis, khususnya pada desain hunian. Keunggulan tersebut berasal dari predikatnya sebagai konduktor panas yang buruk. Artinya, dibanding material lainnya, batu bata menyerap panas lebih lambat dan menahan panas lebih lama. Dengan demikian, di hari yang panas, suhu ruangan tidak akan meningkat dengan cepat.

Sebagai material yang bahan bakunya berasal dari bumi, yaitu tanah liat, batu bata merah juga ramah lingkungan karena memiliki dampak perusakan yang relatif rendah, kecuali jika kegiatan penambangan dilakukan secara besar-besaran. Ketersediaannya di alam pun melimpah dan diprediksi dapat mencukup kebutuhan generasi di masa mendatang.

Dalam rancangan rumah ini, batu bata tidak hanya tampil sebagai bentuk penghargaan dan kerendahan hari manusia terhadap alam, tapi juga didesain dengan unik. Bata merah diekspos, dibentuk menjadi potongan-potongan segitiga dengan berbagai ukuran, dan disatukan layaknya sebuah mozaik.

Tidak hanya itu. Bata ekspos juga bertindak sebagai pemgikat antara penghuni dengan dimensi ruang dan waktu. Sebagai sebuah dinding bata didesain menghadap arah masuk penghuni, memisahkan void berisi berbagai tanaman di sisi timur dengan ruang duduk yang menghadap ke taman belakang. Dinding tersebut seolah menjelma sebagai penanda waktu raksasa berkat informasi yang dihadirkan.

Lumut. Bagi kebanyakan orang, lumut adalah pengganggu yang wajib dibasmi keberadaannya dari dalam hunian. Namun di permukaan dinding mozaik ini, lumut merupakan pembawa pesan terbaik tentang berapa lama waktu sudah berlalu. Lumut jugalah yang mengingatkan penghuni bahwa kehadirannya adalah bukti alam mengintervensi kehidupan manusia: pergantian antara paparan sinar matahari dan hujan dapat membawa kehidupan baru.

Dalam perputaran waktu yang lebih pendek, dinding bata tersebut menjadi salah satu kanvas tempat matahari melukiskan sinarnya. Sinar matahari yang jatuh menimpa daun-daun tanaman menciptakan bayangan yang berbeda sepanjang hari di permukaan dinding, seiring pergeserannya dari timur ke barat.

Letak dinding tersebut pun didesain dengan cermat dan cerdas sehingga dapat terlihat dari ruang penerima di lantai dasar dan ruang duduk di lantai satu. Mendekatkan dinding ini dengan fungsi ruang-ruang utama merupakan upaya agar pesan yang ingin dikabarkan dapat tersampaikan dengan baik, bahwa manusia akan senantiasa hidup beriringan dengan alam.


Brick is the material of choice in the designs of buildings – especially residential buildings – constructed in tropical countries. Its advantage lies in the fact that bricks are poor conductor of heat. It means that compared to other materials, bricks absorb heat much more slowly and retains heat much longer. Thus, on a hot day, the room’s temperature would not increase rapidly.

As a material whose raw component originating from the earth, namely clay, bricks are also environmentally friendly since they have relatively low impact on the destruction of the environment, unless the clay is mined on a large scale. Clay is also abundant in nature and it is predicted to be able to meet the needs of future generations.

In the design of this house, bricks do not only appear as a form of respect and humility of man against nature, but also designed in a unique way. These red bricks are exposed, cut in a triangular shape of various sizes, and put together as a mosaic. More than that, these exposed bricks also act as the bind between the occupants and the dimensions of space and time. A brick wall was designed to face the entrance, delineating the void bursting with a variety plants on the east side with the living room that faces the backyard. The wall seems to transform into a giant sign of time because of the information it present.

Moss. To most, moss is a nuisance that must be eradicted from homes. However, on the surface of this mosaic wall, moss is the best herald of time. Moss is also the reminder to occupants that its presence is the proof that nature intervene the lives of humans, that alternating exposure to sunlight and rain can bring new lives into view.

In a shorter cycle of time, the brick wall becomes one of the canvases on which the sun paints with its lights. Sunlight falling between the foliage casts different shadows as the sun moves from east to west. The placement of the wall was also carefully and cleverly designed so that it is visible from the reception area on the ground floor and the living room on the first floor. Placing this wall closer to the main areas of the house is an effort to make the message clearly delivered: human will always live side by side with nature.

*Ps. This content published in “House Series: Tropical Eco House” by Imaji Media Pustaka (2015).


About Project
MOSAIC OF BRICKS
Architect: Mamostudio – Adi Purnomo
Location: Bogor, Indonesia


About Book
TROPICAL ECO HOUSE
By Imelda Akmal Architectural Writer Studio

Managing Editor: Imelda Akmal
Research&Text: Sandra Forestyana
Photographer: Sonny Sandjaya, Sjahrial Iqbal
English Translator & Indonesian Editor: Jessy Faiz
Book Design: Menuk Hidayat
Photo Digital Imaging: Mohammad Aluwi

Written by

Leave a Reply

Be the First to Comment!

Notify of
avatar
background color : #CCCC
X