Peran Penting Arsitek dalam Program Net Zero Emission – ARCHINESIA
Widget Image
 

Peran Penting Arsitek dalam Program Net Zero Emission

Peran Penting Arsitek dalam Program Net Zero Emission

Arsitek (ternyata) berpeluang menjadi salah satu penyumbang terbesar, sekaligus berperan penting dalam emisi karbon di dunia.

Setelah diadakannya Paris Climate Agreement tahun 2015, komitmen net zero emission atau nol emisi karbon mulai banyak digaungkan di berbagai negara di dunia. Begitu pula dengan Indonesia.

Net zero emission adalah kondisi dimana jumlah emisi karbon yang dilepaskan ke atmosfer tidak melebihi jumlah emisi yang mampu diserap oleh bumi. Sederhananya, kita sebagai manusia harus mengurangi jejak karbon (jumlah karbon atau gas emisi yang dihasilkan dari berbagai aktivitas) agar tidak memberikan dampak yang negatif bagi kehidupan di bumi. Seperti kekeringan, berkurangnya sumber air bersih, cuaca ekstrim, bencana alam, dan kerusakan alam lainnya.

Sebenarnya ada banyak cara untuk mengurangi jejak karbon tersebut. Bahkan lembaga internasional terkait energi, IEA (International Energy Agency) menerbitkan sebuah roadmap tentang bagaimana sebuah negara bisa mencapai net zero emission. Beberapa kebijakan yang dapat diimplementasikan yaitu pengembangan energi terbarukan secara masif, phase-out pembangkit listrik berbasis energi fosil, serta mengutamakan sumber energi maupun teknologi yang rendah karbon.

Selain aktivitas fisik manusia, salah satu bagian yang menjadi penyumbang emisi karbon terbesar adalah bangunan. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika arsitek bisa berpeluang menjadi salah satu penyumbang terbesar dalam emisi karbon di dunia. Namun dalam waktu yang bersamaan juga dapat berperan penting dalam tercapainya net zero emission.

Ketika bangunan dirancang dengan kurang bijak di setiap prosesnya, maka karya tersebut akan menghasilkan jejak karbon yang tinggi. Tetapi jika arsitek berhasil merencanakan, merancang, hingga membangunnya dengan bijak, maka karya arsitektur tersebut akan menjadi bagian dari penyelamatan bumi melalui net zero emission.

Di sisi lain, ketika bicara mengenai bangunan dan arsiteknya, maka terkait pula dengan disiplin ilmu lain. Dari ahli perencana dan tata ruang kota, lanskap, interior, hingga ahli bangunan hijau. Bahkan kolaborasi tersebut juga turut melibatkan dinas-dinas pemerintah kota, BUMN, BUMD, juga para pemilik lahan/project. Mereka harus saling terintegrasi dan terangkai dalam satu keseimbangan untuk mencapai net zero emission.

Ada banyak upaya yang bisa dilakukan baik dari segi kawasan, maupun bangunan. Secara kawasan, sebuah kota harus mampu menciptakan ruang-ruang kota yang positif, serta memperbanyak ruang terbuka hijau dengan pohon-pohon yang dapat menyerap karbon dalam jumlah besar. Selain itu, gerakan menggunakan transportasi publik dan berjalan kaki juga lebih digalakkan.

Kemudian, dari segi bangunan yang menjadi salah satu kunci penting adalah pemilihan material. Ini merupakan poin krusial karena 11% jejak karbon bangunan berasal dari material yang digunakan. Oleh karena itu, arsitek dianjurkan untuk mengaplikasikan material yang bisa mengurangi panas dan rendah karbon. Salah satunya adalah bio-based material (baca lebih lanjut di sini). Terlebih, arsitek juga bisa menggunakan sensor lampu maupun AC hemat energi, atau pemakaian energi terbarukan. Bahkan orientasi bangunan yang menghindari sisi barat pun dapat menjadi solusi untuk mengurangi jejak karbon pada bangunan.

Ini masih sebagian kecil cara yang dapat dilakukan arsitek maupun desainer untuk turut berperan dalam tercapainya net zero emission. Masih ada banyak upaya lainnya yang bisa dilakukan. (uci)

 

Written by

Leave a Reply

Be the First to Comment!

Notify of
avatar
background color : #CCCC
X