Imam Budidarmawan: Arsitek Harus Punya Visi Human Eco-Happiness – ARCHINESIA
Widget Image
 

Imam Budidarmawan: Arsitek Harus Punya Visi Human Eco-Happiness

Imam Budidarmawan: Arsitek Harus Punya Visi Human Eco-Happiness

Dalam siklus peradaban, manusia terus mengalami perubahan. Transformasi terbesarnya terjadi saat fase masyarakat industri. Dalam tahap ini, manusia mengalami kemakmuran secara fisik yang tinggi, serta perubahan sosial-ekonomi yang masif. Ditambah lagi dengan adanya kemajuan teknologi. Manusia terus memproduksi apapun dan mendirikan banyak bangunan. Bersamaan dengan itu pula, populasi manusia juga bertambah. Akibatnya, tumbuh permukiman kota yang penuh dengan masalah sosial dan lingkungan. Di sisi lain, alam pun perlahan rusak, serta terkuras. Lalu, karbon dioksida dan gas metana meningkat. Tidak mengherankan jika kemudian isu pemanasan global mulai muncul ke permukaan.

Puncaknya ketika terjadi Conference Of The Parties (COP21) di Paris. Persetujuan ini merupakan sebuah respons global untuk menahan kenaikan suhu rata-rata global di bawah 20 Celcius. Sederhananya, ini adalah gerakan untuk mencapai net zero emission dimana energi yang manusia lakukan dan gunakan tidak lebih besar dari daya serapnya. Salah satu sumbernya adalah residensial. Meskipun presentasenya kecil, tetapi residensial merupakan pusat kegiatan manusia yang memungkinkan untuk menjadi pendorong kerusakan yang banyak dihasilkan oleh sektor industri.

Oleh karena itu, paradigma baru harus diperkenalkan. Manusia harus mencari keseimbangan dengan membangun human system atau human well-being. Namun, secara bersamaan juga jangan lupa bahwa bumi/lingkungan/ekosistem juga punya kehidupan (ecosystem well-being). Sehingga muncul apa yang disebut dengan human eco-happiness – istilah yang terinspirasi dari Gross National Happiness yang muncul di Bhutan bahwa ukuran pembangunan seharusnya dinilai dari kebahagiaan masyarakatnya bukan berorientasi pada pertumbuhan ekonomi (Gross National Product).

Dalam pemaparannya, Imam Budidarmawan juga menyampaikan bahwa arsitek maupun urban planner harus punya visi human eco-happiness tersebut agar desain bukan hanya semata-mata menjadi ekspresi dari pemilik modal, melainkan berpihak pada masyarakat. Dan desain partisipatif bisa menjadi salah satu solusi. Diikuti dengan pengetahuan berkaitan sosial-budaya, maka akan lahirlah sebuah kawasan yang berwawasan lingkungan dan mendorong adanya net zero emission. Di sisi lain, tercipta pula sebuah permukiman yang tidak hanya mendorong kebahagiaan warganya, tetapi juga menyelamatkan lingkungan sekitar. (uci)

Written by

Leave a Reply

Be the First to Comment!

Notify of
avatar
background color : #CCCC
X