Green Building: Efisiensi, Alam, dan Budaya
Presented by Budiman Hendropurnomo at Webinar Green Building: Biophilic Design & Eco-Architecture, July 2, 2022
Budiman Hendropurnomo merupakan salah satu arsitek yang telah menerapkan konsep green dan sustainable dalam karya-karyanya bersama DCM Jakarta. Dalam presentasinya di Webinar Green Building: Biophilic Design & Eco-Architecture, ia berbagi tentang beberapa karya arsitekturnya beserta dengan konsep keberlanjutannya. Bahkan Budiman juga mengungkapkan bahwa bangunan tinggi yang telah dirancangnya sejak tahun 90-an pun menunjukkan desain yang progresif. Setiap karya makin efisien, hemat energi, dan terus menuju ke arah green building.
Hal ini pun bisa terlihat dari perkembangan tiap bangunannya yang makin banyak menggunakan secondary skin. Misalnya pada desain Universitas Multimedia Nusantara dan Menara Kompas. Lalu, karya terbarunya, JB Tower pun telah mendapatkan Greenship Gold Certificate dari Green Building Council Indonesia untuk efisiensi energi, konservasi air, dan lingkungan yang eco-friendly.
Selain itu, Budiman Hendropurnomo juga berusaha untuk menghadirkan alam di bangunannya dengan tanaman hijau. Salah satu contohnya adalah Esa Sampoerna Center di Surabaya. Dalam desain ini, ia menutup lima lantai parkir dengan tanaman rambat yang akhirnya membuat lingkungan sekitar bangunan pun menjadi lebih sejuk dan nyaman, terutama pada siang hari. Tidak ketinggalan pula, proyek Kodi Bajo yang akan didirikan di Bajo, Nusa Tenggara Timur. Nantinya, hotel ini apabila difoto dari atas akan terlihat hijau semua – menjadi bagian dari landscape sekitarnya.

Esa Sampoerna Center, Surabaya
Menurut Budiman, green building tidak hanya tentang efisiensi, banyak tanaman atau perasaan berada di alam, tetapi juga cultural heritage. Maka tidak mengherankan apabila setiap karya DCM Jakarta juga sarat akan budaya lokal. Dua diantaranya adalah Maya Sanur dan Apurva Kempinski di Bali. Untuk Maya Sanur, Budiman mengkombinasikan Balinese landscape dengan earth architecture. Suasana Bali hadir dari bentuk bangunan yang berupa “perengan” dengan Kulkul ala Bali. Sedangan Apurva Kempinski didesain seperti atap Bali, lalu dirancang dengan tanaman hidup.
Dalam pemaparannya pun Budiman juga menyampaikan bahwa saat ini kebutuhan akan green building sudah datang dari masyarakat. Mereka sudah menghendaki bangunan yang lebih manusiawi. Maka, kedepannya bangunan hijau pun bakal semakin banyak dan akan menjadi sebuah norm. (uci)
Leave a Reply
Be the First to Comment!