Evolusi Tangga sebagai Social Stairs – ARCHINESIA
Widget Image
 

Evolusi Tangga sebagai Social Stairs

Evolusi Tangga sebagai Social Stairs

Fungsi tangga mengalami evolusi. Lebih dari sekadar sirkulasi vertikal, belakangan ini desain tangga sengaja dirancang sebagai social stairs.

Berawal dari kemunculan eskalator sebagai jalur alternatif sirkulasi vertikal, berpindah tempat dari permukaan yang lebih rendah ke yang lebih tinggi atau sebaliknya menjadi lebih mudah. Manusia tidak perlu mengeluarkan banyak energi untuk menuju tingkat lainnya seperti layaknya naik-turun tangga. Kenyamanan dan kemudahan yang timbul ternyata berdampak pula pada gaya hidup. Masyarakat menjadi kurang aktif dalam bergerak yang bisa mengakibatkan banyak konsekuensi bagi kesehatan.

Oleh karena itu, pada tahun 2009, Volkswagen menginisiasi The Piano Stairs Experiment dengan menggunakan Experiential Design Landscape (EDL). Dilakukan di salah satu stasiun di Swedia, mereka mengubah tangga yang berdampingan dengan eskalator menjadi seperti tuts piano. Tidak hanya sekadar desain, tapi tuts piano raksasa tersebut juga akan mengeluarkan bunyi ketika diinjak/dilalui. Hasilnya, sebanyak 66% orang lebih memilih untuk menggunakan tangga tersebut dibandingkan eskalator (video lengkapnya bisa dilihat di https://youtu.be/2lXh2n0aPyw). Ide dan eksekusi desain tersebut berhasil menstimulasi pengguna untuk lebih aktif bergerak dan menggunakan tangga sebagai jalur sirkulasi.

Secara umum, desain sebuah tangga tersusun atas beberapa bagian yang dihitung dengan seksama agar nyaman untuk dilalui dan tidak membahayakan. Bagian pertama adalah anak tangga yang kita injak saat naik dan turun tangga. Biasanya, lebar pijakan sama dengan panjang sepatu atau alas kaki pengguna, berkisar antara 27-30 cm. Kemudian tingginya berkisar antara 15-18 cm. Lalu, untuk tangga yang panjang, maka akan disediakan bordes di setiap 15 anak tangga. Keberadaan bordes memungkinkan kita untuk melangkah normal sebanyak 2-3 kali sebelum kembali menaiki atau menuruni anak tangga. Untuk hunian, lebar bordes sekitar 90-120 cm. Selain itu, untuk menunjang kenyamanan serta keamanan, tangga biasanya dilengkapi dengan pegangan tangan (railing) yang tingginya 90-100 cm dari permukaan anak tangga.

Ketentuan-ketentuan tersebut masih terus diaplikasikan, khususnya untuk tangga hunian. Namun, perkembangan teknologi konstruksi dan material memungkinkan desain tangga menjadi lebih beragam. Tidak hanya diaplikasikan di interior, tetapi juga eksterior bangunan. Bahkan beberapa desain tangga sengaja dirancang sebagai ruang publik. Desain dan suasana yang menarik dan “mengundang” memungkinkan terciptanya berbagai interaksi sosial, baik terencana maupun secara spontan. Maka tidak mengherankan jika kemudian sering disebut dengan tangga sosial (social stairs). Pertimbangan dimensi yang tepat menjadi salah satu aspek utama keberhasilan sebuah social stairs.

Social stairs memiliki anak tangga yang bervariasi. Kombinasi lebar dan tinggi pijakan sengaja disesuaikan untuk memenuhi kebutuhan pengguna. Semakin lebar pijakan dan tinggi anak tangga akan membuat orang duduk lebih nyaman, serta tinggal untuk waktu yang lebih lama. Bahkan memungkinkan juga mereka untuk bersandar maupun menjulurkan kaki. Selain itu, tangga yang lebar inilah yang dapat menjadi ruang untuk terjadinya interaksi sosial.

Di beberapa ruang terbuka, perancang mengkombinasikan keduanya – tangga untuk sirkulasi vertikal dan social stairs. Gabungan keduanya memberikan petunjuk visual yang jelas tentang bagaimana masyarakat menggunakan tangga tersebut. Dua fungsi pun dapat berjalan secara bebarengan tetapi tidak saling mengganggu.

Tangga sekaligus area duduk-duduk di interior Sarinah

 

Alun-Alun Cicendo by SHAU

Bukan hanya itu, tetapi secara visual pun tidak akan saling mengganggu. Konsep ini sama seperti dengan keberadaan amphiteater maupun ketika kita menonton film di bioskop. Masing-masing orang tetap bisa memiliki visual pandangan luas ke depan tanpa terhalang oleh orang lain.

Tidak mengherankan jika keberadaan social stairs ini banyak diterapkan oleh arsitek maupun desainer dalam rancangan ruang terbuka atau menjadi bagian dari karya arsitekturnya. Interaksi sosial yang terjadi secara sengaja maupun tidak sengaja turut menghidupkan area publik. Selain itu, keberadaan desain tangga yang menarik juga membuat masyarakat lebih aktif bergerak. (uci)

Written by

Leave a Reply

Be the First to Comment!

Notify of
avatar
background color : #CCCC
X