4 Perspektif Desainer tentang Makna Identitas Desain
Identitas adalah salah satu unsur penting dalam mendesain. Lewat identitas, keunikan desain yang menjadi salah satu tujuan merancang interior dan arsitektur dapat terwujud. Namun, ternyata makna identitas tidak tunggal, melainkan luas dan mendalam. Lewat sebuah diskusi, empat narasumber berbagi tentang makna dan pandangan desainer tentang identitas.
Doti Windajani selaku Ketua Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) Jakarta menjelaskan fundamental identitas desain dalam suatu bangunan yang teridir dari elemen tangible dan intangible. Unsur tangible mencakup bentuk fisik dan sense of place, sementara elemen intangible meliputi pengalaman, mood, ambiance, dan services. Arsitek yang juga prinsipal dari biro arsitektur Quadra ini pun menyampaikan bahwa setiap desainer memiliki personal identity yang dapat dibentuk dari pengalaman, research and development, nilai-nilai yang diyakini, serta positioning dalam dunia desain.
Sementara, Tan Tik Lam, prinsipal arsitek biro Tan Tik Lam Architects mengatakan dengan tegas bahwa “My brand is my name.” Ia percaya bahwa identitas desain dapat terbentuk dari ekosistem yang sengaja dibangun. Selain itu, konsistensi dalam mendesain berperan penting dalam menghadirkan karakter serta identitas. Konsistensi desain Tan Tik Lam dilandasi oleh logika berpikir, segala sesuatunya harus dapat dijelaskan dengan logis.
Hal ini berbeda dengan Alex Bayu yang berpandangan bahwa identitas adalah kepribadian (identity is personality) yang dicapai lewat gaya hidup persona seorang desainer. Seperti cara desainer berpakaian, makan, bahkan berbicara, dan bernarasi desain. Sedangkan desain yang diciptakan olehnya amat dapat beragam, baik modern, klasik, eklektik, maupun kontemporer. Desainer prinsipal dari biro desain Genius Loci ini memiliki kemampuan dapat mendesain dengan pendekatan dan gaya desain apapun. Hingga ia dengan provokatif menyatakan dengan “My identity is no identity”. Terpenting baginya adalah proses mendesain dan storytelling, rangkaian proses inilah yang menurutnya dapat menentukan identitas desain yang sebenarnya.
Ranu Scarvia, Ketua Himpunan Desainer Interior Indonesia (HDII) memilih untuk memaparkan proyek bandar udara yang mengangkat isu budaya bertutur Indonesia sebagai identitas desain. Ia juga menjelaskan pentingnya memahami pengalaman penumpang (passenger experience) dalam penerapan identitas desain di bandara ini. “Identitas di bandara harus memprioritaskan pengalaman penumpang, terutama kenyamanan mereka,” ujarnya.
Setelah paparan empat narasumber, Imelda Akmal selaku moderator menanggapi paparan dari masing-masing pembicara yang dilanjutkan memantik pertanyaan yang menggelitik, tentang bagaimana kaitan identitas desain dengan fenomena budaya visual yang memunculkan keinginan baru dari pemberi tugas, yaitu desain yang dapat hadir menarik untuk tampil di platform media sosial. Beragam respons muncul dari semua pembicara yang membuat diskusi menjadi hangat. Diskusi semakin seru ketika peserta berebut waktu untuk bertanya tentang desain yang berkaitan dengan isu terkini. Sulianti, seorang desainer interior dan juga staf pengajar mengangkat pertanyaan mengenai artificial intelligence, disambung pertanyaan-pertanyaan lain yang diakhiri pertanyaan dari tentang bujet dan kaitannya terhadap identitas desain. Setiap pembicara menjawab berbeda sesuai dengan pengalaman dan pandangan mereka. Perbedaan ini benar-benar telah membuat acara sore ini semakin memperkaya wawasan audiens tentang identitas desain, serta memperkuat argumentasi tentang begitu luas dan mendalamnya makna identitas desain.
Topik identitas yang sangat ‘kaya’ untuk dikupas ini ini berkaitan dengan kegiatan Daikin Design Awards 2024 yang tengah berlangsung kegiatannya. (IA, uci)
Leave a Reply
Be the First to Comment!