Tukad Balian House
[English text below] Pendekatan yang berbeda akan berdampak pada proses perancangan arsitektur yang berbeda pula. Di dalam proyek ini, pemilik rumah adalah seorang arsitek lansekap, sehingga ia memiliki pertimbangan ruang luar yang sangat kuat untuk menjadi bagian dari arsitektur rumah. Baginya, pendekatan lansekap untuk perancangan rumahnya harus sama porsinya dengan bangunan agar tercipta sebuah harmoni. Tidak itu saja, ia juga menginginkan dialog yang intens antara interior dan eksterior, dan bahkan ingin seolah tinggal di dalam lansekap. Untuk itu, ia hanya menginginkan sebuah kotak kaca beratap untuk dapat berlindung dari cuaca. Konsep kotak kaca kemudian dituangkan dalam bentuk bangunan panjang dalam satu garis linier menggunakan kaca transparan sebagai kulitnya. Seluruh penghalang pandangan diminimalisasi, tiang-tiang baja penopang atap digunakan setipis dan sesedikit mungkin, sedangkan pintu-pintu geser yang terbuat dari kaca bening dibuat tanpa bingkai. Garis atap pelana satu sisi terlihat sangat tipis, sehingga bangunan panjang transparan ini terasa sebagai karya arsitektur yang berbicara dengan tenang.
Selain tujuan di atas, bahasa yang ingin dituangkan dari arsitektur rumah ini mengingatkan kita pada aliran arsitektur modernis di tahun 1940-an. Aliran pendobrak yang ketika itu tergabung dalam case study houses, memang dikagumi oleh pemilik rumah yang menghabiskan masa kecilnya di California. Langgam arsitektur yang meminimalisasi struktur dan memaksimalisasi elemen transparan itu pula yang ingin diterapkan di rumah tinggalnya kini.
Selain tempat tinggal, di area ini juga terdapat studio perancangan arsitektur lansekap yang berada dalam satu tapak. Sebagai pemisah dibuat pintu-pintu kaca sandblast yang dapat dibuka tutup dengan engsel pivot. Metode yang digunakan berhasil menciptakan pemisahan yang jelas untuk menciptakan privasi masing-masing fungsi. Namun pada saat-saat tertentu dapat dilakukan perluasan rumah dengan membuak seluruh pintu-pintu kaca.
Untuk melindungi privasi rumah dan studio dari tapak sekitar, pagar tembok tinggi di sekeliling tapak berfungsi sebagai dinding pembatas rumah. Sedangkan elemen-elemen lansekap di dalam tapak, baik softscape dan hardscape menjadi bagian dari area privat rumah termasuk kolam renang dan outdoor shower yang berjarak sekitar 10 m dari kamar tidur.
Batasan perancangan lain adalah pohon-pohon yang harus tetap dipertahankan. Bahkan pohon kapuk besar yang memiliki karakter sculpture indah menjadi pusat perhatian yang berada di aksis tengah dari kolam renang yang panjang. Koleksi pohon-pohon lain sepanjang garis belakang tapak juga dipertahankan dan menjadi elemen softscape dari lansekap rumah.
The owner of this house is a renowned landscape architect, which explains the centrality of the exterior spaces in the architecture of the building. So as to give the feeling of living in the landscape the design objective was quite simply a glass box with a roof.
The long, rectangular building is fitted with floor-to-ceiling doors of frameless clear glass on all sides. The roof is a wafer-thin steel structure, free from conventional roof trusses. The result is that every element that blocks the view is eliminated.
The reference to the famous Case Study Houses from the 1940s and 1950s is deliberate and marks the popularization of experiments to design inexpensive and efficient model houses in California, a reminder of the architecture the client experienced when he grew up there.
*Ps. This content published in “Indonesian Architecture Now 2” by Borneo Publications, 2008.
About Project
Tukad Balian House
Architect: Antony Liu
Site Area: 2.545 m2
Building Area: 996 m2
About Book
INDONESIAN ARCHITECTURE NOW 2
Author: Imelda Akmal
Photographer: Sonny Sandjaya
English Translator: Rani Rachmani Moediarta, Wendy Juniana Djuhara
Indonesian Editor: Ira Merciana
English Editor: Martin Westlake
Graphic Design: Artnivora
Editorial Team: Gita Savitri, Diona Ratrixia, Nadia Primasanti, Amelia Santoso
Image Documentation: M. Alwi
Leave a Reply
Be the First to Comment!