The Bamboo Studio
[English text below] Dalam perancangan arsitektur kontemporer saat ini, bahan universal seperti kaca, beton, baja, alumunium, dan stainless steel; sering digunakan. Pasokan material pabrikan yang agresif ini juga mengakibatkan para arsitek seakan lupa untuk menggali dan mengolah kembali material lokal dan tradisional.
Tetapi para arsitek pada proyek ini justru berusaha menggali kembali potensi bahan lokal, khususnya bambu. Bambu adalah tanaman yang banyak tumbuh di Asia, terutama negara tropis dan subtropis. Di Indonesia, bambu merupakan bahan bangunan yang ekonomis dan mudah didapat. Bambu yang lentur namun memiliki serat yang kuat ini banyak digunakan pada bangunan tradisional sebagai penyangga struktur ringan.
Di proyek ini, fungsi bambu lebih sebagai pembungkus bangunan kotak kaca. Batang-batang bambu yang kurus dan panjang disusun dalam jajaran vertikal berjarak sepuluh sentimeter. Secara efektif unsur kontemporer dan tradisional berhasil digabungkan dengan mengkombinasikan kaca yang berkesan modern dan bambu yang vernakular.
Berada di tengah kompleks perumahan Bintaro Jaya, bangunan ini dirancang sebagai sebuah studio arsitektur milik Jeffry Budiman sendiri. Di sini suasana studio dibuat kasual, jauh dari formalitas bahkan lebih berkesan sebagai “rumah” yang hangat. Satu-satunya hal yang menunjukkan fungsi bangunan ini sebagai kantor adalah sebaris meja panjang yang berisi jajaran komputer-komputer dengan kursi kerja di lantai satu.
Pada lantai satu yang menjadi sentra kegiatan studio, sisi depan bangunan dibuat kolam dangkal yang menempel dengan bangunan, sehingga saat pintu dibuka memberi kesan seolah lantai ini berada di lantai dasar. Kolam berdasar beton ini juga berfungsi sebagai kanopi dari teras di bawahnya. Lantai dasar sengaja dikosongkan agar bisa dimanfaatkan sebagai fungsi sosial untuk tempat pertemuan penduduk di sekitar lingkungan.
—
In contemporary architecture, glass, concrete, aluminum, and steel are commonly used to create the common language of modernism. The ubiquity of prefabricated materials appears to have diminished the habit of exploring the possibilities of traditional materials.
In this project, the architects found new ways of using bamboo, a material abundant in tropical and subtropical Asia. In Indonesia, it is a very economical material and is often used in traditional buildings to support light structures. It serves its purpose well due to its strength, flexibility, and versatility.
Bamboo forms the outer skin of this modern glass box. Thin, long bamboo shafts are arrayed vertically every ten centimeters. In the design, the architects combine the contemporary and the traditional, pairing the modern feel of the glass and the vernacular bamboo.
Located in the new residential area of Bintaro Jaya, a suburb of Jakarta, this building is designed for the architect’s own office and studio. The interior of the studio is warm and casual with a home-like feel, its only office attribute being the very long table on the ground floor with a row of chairs and computers.
On the first floor, a shallow reflecting pool is built next to the studio, creating the impression of the ground level. The reflecting pool’s concrete slab also functions as the canopy to the terrace on the ground floor. Most of the ground floor is left empty, as it is meant to be a gathering space for the surrounding community.
*Ps. This content published in “Indonesian Architecture Now” by Borneo Publications, 2005.
—
About Project
THE BAMBOO STUDIO
Architect: Jeffry Budiman, Budi Pradono
Location: Bintaro Jaya, Tangerang
Design: 2002
Project Completion: 2004
—
About Book
INDONESIAN ARCHITECTURE NOW
By Imelda Akmal
Photographed by Sonny Sandjaya
English Text by Wendy J. Djuhara
Editors: Tony J. Djohan, Winfred Hutabarat
Layout Design by Zinnia Nizar
Leave a Reply
Be the First to Comment!