Perkembangan TOD di Jakarta Perlu Kerjasama dari Berbagai Pihak – ARCHINESIA
Widget Image
 

Perkembangan TOD di Jakarta Perlu Kerjasama dari Berbagai Pihak

Perkembangan TOD di Jakarta Perlu Kerjasama dari Berbagai Pihak

TOD Forum 2022 yang dilaksanakan secara perdana pada 7 Juli 2022 lalu dibuka dengan sesi bertajuk “Perkembangan TOD di DKI Jakarta.” Sesi diskusi yang dimoderatori oleh Yogie Dwimaz ini menghadirkan empat narasumber dari berbagai profesi. Mereka adalah Afan Adriansyah Idris (Asisten Pembangunan dan Lingkungan Hidup Sekretaris Daerah DKI Jakarta) dan Farchad Mahfud (Direktur Pengembangan Bisnis PT. MRT Jakarta). Kemudian, Petrus Natalivan Indradjati (Dosen Perencanaan Wilayah dan Kota ITB), serta Yayat Supriatna (Pengamat Tata Kota/Akademisi). Sesuai dengan judul yang diangkat, keempat pembicara pun berbagi mengenai faktor penting dalam pengembangan kawasan berorientasi transit, fenomena terkait TOD di Jakarta, dan bagaimana perkembangan serta rencana kedepan dari kawasan MRT Jakarta.

Bicara tentang TOD ternyata tidak sekadar pengembangan kawasan, tetapi juga sistem transit. Seperti yang disampaikan Petrus Natalivan, dua faktor kunci dalam pengembangan TOD adalah sistem transit dan kawasan sekitar transit. Selain itu, skema ini pun harus mampu mengintegrasikan berbagai sistem transit yang melayani antarkota maupun antarprovinsi. Lokasinya juga diusahakan untuk berbatasan dengan kota/kabupaten administrasi agar lebih mudah diakses oleh masyarakat.

Oleh karena itu, dalam proses TOD ini pun akan berpengaruh pada permintaan perumahan dan perkantoran yang tinggi di sekitar kawasan, khususnya di Jakarta. Ditambah lagi dengan adanya fenomena bahwa pengguna terbanyak dari MRT Jakarta adalah generasi millenial (usia 25 – 40 tahun). Bukan hanya tentang gaya hidup dan pola pikir yang berbeda dari generasi lainnya, melainkan juga kebutuhan akan hunian serta sistem kerja. Maka dari itu, Yayat Supriatna pun menyampaikan bahwa dalam pengembangan kawasan berorientasi transit ini juga harus diikuti dengan marketing dan branding yang sesuai dengan target pasarnya.

Bersamaan dengan itu, kawasan MRT Jakarta sedang berada dalam beberapa tahap perkembangan, seperti yang disampaikan Afan Adriansyah. Kawasan TOD yang sudah ditetapkan meliputi Lebak Bulus, Fatmawati, Blok M – Sisingamangaraja, Istora – Senayan, serta Dukuh Atas. Lalu, kawasan TOD yang telah disetujui adalah Bendungan Hilir dan Setiabudi. Sedangkan Bundaran HI sedang dalam penyusunan PRK (Panduan Rancang Kota), serta Harmoni dan Glodok – Kota Tua termasuk dalam kawasan TOD yang sudah dimohonkan.

Selain itu, pengembangan berorientasi transit ini juga dikembangkan di beberapa titik. Salah satu diantaranya adalah Serambi Temu Dukuh Atas yang akan menjadi jembatan penghubung antara Stasiun LRT Jabodebek Dukuh Atas dengan Stasiun KCI Sudirman. Ada pula Simpang Temu Dukuh Atas, pedestrian tunnel Mandiri, pedestrian tunnel Thamrin Nine UOB – MRT Dukuh Atas, serta pedestrian Blora.

Untuk merealisasikan itu semua diperlukan sinergi dan dukungan stakeholder di dalam kawasan stasiun MRT. Seperti MITJ, Integrasi Transit Jakarta, MRT Jakarta, serta Pemerintah DKI Jakarta. Ditambahkan pula oleh Farchad Mahfud, hal tersebut juga memerlukan kolaborasi dengan masyarakat di kawasan berorientasi transit, pengembang properti, investor, dan perbankan. Koordinasi dan kerjasama yang baik dari berbagai pihak tentu akan menghasilkan rancangan kawasan stasiun MRT yang berkualitas tinggi. (uci)

Written by

Leave a Reply

Be the First to Comment!

Notify of
avatar
background color : #CCCC
X