Furniture House
[English text below] Tinggal di tengah kota terkadang memaksa kita untuk tinggal dalam hunian dengan luas yang terbatas, padahal aktivitas yang cukup padat membutuhkan banyak ruang. Membuat ruang serta furnitur multifungsi dapat menjadi salah satu solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut.
Konsep ruang maupun furnitur multifungsi coba diterapkan pada sebuah rumah yang berlokasi di kawasan padat perumahan di daerah Jakarta Selatan. Rumah dua tingkat ini dinamakan Furniture House oleh arsiteknya. Dinamakan demikian karena hampir setiap dinding dipenuhi furnitur built-in yang multifungsi. Pada lantai bawah, misalnya, salah satu dinding ditutupi oleh lemari penyimpanan yang dibuat memanjang dari depan ke belakang. Lemari penyimpanan built-in ini didesain polos tanpa handle, sehingga hanya terlihat seperti dinding panel kayu. Lemari ini juga tidak sekadar menjadi ruang penyimpanan, namun berfungsi pula sebagai dinding pembatas yang memisahkan ruang keluarga dengan area servis yang berada di balik lemari.
Konsep multifungsi juga diterapkan pada desain pembagian ruangnya. Contohnya pada lantai bawah yang didesain open plan dan multifungsi, tanpa ada sekat masif berupa dinding. Yang ada hanya sekat-sekat temporer yang dapat dipakai bila dibutuhkan dan dapat disimpan dengan mudah bila tidak diperlukan. Sekat-sekat temporer tersebut embagi ruang lapang ini menjadi tempat untuk melakukan beberapa kegiatan yang berlainan.
Ruang open plan ini mewadahi banyak fungsi, antara lain ruang tamu, ruang keluarga, dan ruang makan. Bila menginginkan suasana yang lebih privat untuk ruang tamu, misalnya, ruang itu dapat ditutup dengan menggunakan partisi geser. Bila tidak diperlukan, partisi geser ini tersimpan di dalam lemari penyimpanan yang terletak di sampingnya. Partisi geser lainnya adalah partisi yang membatasi ruang keluarga dengan ruang tamu. Partisi dari bahan metal ini pun dapat disimpan dalam lemari built-in.
Tak berhenti sampai di situ, furnitur ringkas dan kompak juga terlihat di pantry yang diletakkan tersembunyi di balik lemari built-in. Finishing yang serupa membuat pantry terlihat kasat mata. Sebuah island engan top table berwarna merah terang menjadi satu-satunya elemen yang mencolok.
Pembagian sirkulasi utama dan servis juga menjadi satu hal yang diperhatikan di sini. Sirkulasi menuju ruang servis dibedakan dan diletakkan pada bagian samping rumah. Pada bagian samping ini terdapat lorong selebar kurang lebih 80 cm yang menghubungkan garasi dengan ruang servis seperti dapur dan kamar pembantu. Lorong servis ini menjadi akses kedua untuk memasuki rumah.
Living in the middle of a city often forced us to stay in a small house, even if our various activities needed as many rooms. One of the solutions to overcome this problem was constructing multifunction rooms and furniture.
This concept was applied in a house located in a densely populated area in South Jakarta. The architect of this two-storied house called it the Furniture House. The appellation was given due to the fact that almost every wall had multifunction built-in furniture. On the ground floor, for example, one of the walls was covered by a storage cabinet stretching from front to rear. This built-in cabinet was designed without handles, giving the impression of wooden wall panels. The cabinet did not only function as a storage cabinet, but also as the partition separating the living room from the service area behind it. The built-in cabinet made the room looked neat, concise, and compact.
The multifunction concept was also applied to the interior design. It could be seen on the ground floor which was designed as a multifunction, open plan area. Massive partitions or walls were nonexistent on this floor. The rooms were separated by temporary partitions which could be easily stored when not needed. The temporary partitions divided this spacious room into several rooms in which several activities could be performed simultaneously.
This open plan room accommodated several functions, namely parlor, living room, and dining room. If a more private environment was needed for the parlor, for instance, the room could be closed using a sliding partition. Once it was not needed, the sliding partitions were stored inside the storage cabinet located on one side of the room. Another sliding partition was used to separate the living room from the parlor. This metal partition could also be stored inside the built-in cabinet.
Not only that, but the pantry was also placed hidden behind the built-in cabinet. Similar finishing made the pantry almost invisible. An island with a bright red top table was the only distinctive element.
Special attention was also paid to the division of the main and service circulation area. The circulation path to the service area was located on one side of the house, in an 80 cm alley connecting the garage with the kitchen and maid’s room. This service area alley became the second access to the house.
*Ps. This content published in “Compact House – Living in High Density” by Imaji Media Pustaka (2012).
About Project
FURNITURE HOUSE
nataneka architects
South Jakarta
About Book
COMPACT HOUSE
LIVING IN HIGH DENSITY
By Studio Imelda Akmal Architectural Writer
Managing Editor: Imelda Akmal
Research & Text: Gita Savitri, Nadia Primasanti, Larasati
Editor: Ambarwati, Jessy Faiz, Galuh P. Parantri
English Text: Jessy Faiz, Alfian Idris
Book Design: Menuk Hidayat
Picture Editor: Mohamad Aluwi
Leave a Reply
2 Comments on "Furniture House"
Sectional Sofa sets are really amazing for a multifunctional theme in the living room. Nice share.
thanks for sharing