15 Instalasi Kolaborasi Arsitek dan Produsen Menyemarakkan ARCH: ID 2022 – ARCHINESIA
Widget Image
 

15 Instalasi Kolaborasi Arsitek dan Produsen Menyemarakkan ARCH: ID 2022

15 Instalasi Kolaborasi Arsitek dan Produsen Menyemarakkan ARCH: ID 2022

Perhelatan festival arsitektur ARCH: ID 2022 makin semarak dengan adanya instalasi-instalasi yang unik. Hasil kolaborasi antara arsitek dan para produsen ini melahirkan karya dengan beragam material, serta konsep desain. Terlebih, masing-masing arsitek memiliki pesan tersirat yang ingin disampaikan melalui karyanya dan para kolaborator pun berhasil merealisasikannya. Tidak mengherankan apabila pengunjung pun akan merasakan berbagai pengalaman ruang yang berbeda di tiap instalasi.

Berikut instalasi hasil kolaborasi yang hadir di ARCH: ID 2022:

Gerbang ARCH: ID 2022 “Beriringan dalam Kebersamaan”
Desainer: Imron Yusuf | Kolaborator: Erreluce Lighting Consultant, Walline | Didukung oleh ByoLiving

Selaras dengan tema ARCH: ID 2022 yang diangkat, yaitu Sebentang Serentang Segendang, Imron Yusuf merepresentasikan keberagaman para praktisi melalui bidang lurus, miring, serta garis lengkung. Sebagai gerbang, bidang dengan pola anyaman yang dibentuk dari panel GRC ini bisa menjadi area transit sebelum maupun sesudah mengunjungi pameran ARCH: ID 2022.

 

Sekala dan Niskala
Desainer: IAI Bali

Instalasi barong yang dihadirkan IAI Bali dalam ARCH: ID 2022 diterjemahkan sebagai bentuk karya arsitektur dengan pendekatan sekala (nyata) dan niskala (abstrak). Bentuk fisik instalasi diibaratkan sebagai dimensi sekala, sedangkan pengalaman ruang yang dirasakan pengunjung merupakan bentuk niskala.

 

Incubator
Desainer: Budi Pradono | Didukung oleh Penguin

Incubator, suatu usaha untuk mengangkat value atau nilai dari sebuah material. Dalam hal ini adalah toren air, hasil produksi dari Penguin. Toren air yang biasanya berwarna-warni dihadirkan dalam ukuran besar dan berwarna putih.

Skalanya yang tidak biasa ternyata memiliki maksut lain. Budi Pradono menginginkan instalasi yang bisa dipakai ulang setelah pameran dan bernilai sosial. Toren yang mampu menampung 5-8 orang ini nantinya akan digunakan oleh anak-anak kurang mampu untuk belajar/sekolah online. Selain itu, instalasi ini juga bisa dimanfaatkan sebagai cabin unit villa maupun ruang untuk karantina mandiri.

 

Health x Architecture “Coffin of Disease”
Desainer: Andre Kuspriyanto, Bonita Nainggolan, Priyanto, Ruli Oktavian, Indah Fajarto | Grafis: STUDIO KUDOS | Kolaborator: Ikatan Arsitek Indonesia Badan Pengabdian Profesi, Yayasan Arsitektur Hijau Nusantara, Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Kementerian Kesehatan, Balai Besar Kesehatan Paru Masyarakat Bandung

Bertujuan untuk memberikan informasi mengenai endemik tuberkulosis/TBC, instalasi ini menyuguhkan data serta fakta dalam bentuk panel informasi dan audio visual. Pengunjung diajak masuk ke ruangan gelap dengan suara batuk-batuk sebagai latar audio. Kemudian, di penghujung instalasi pun dipajang maket dan panel informasi mengenai solusi arsitektur untuk mengeliminasi tuberkulosis di Indonesia. Dua diantaranya adalah Rumah Harapan (Sehat Murah Mapan), serta Rumah Singgah TBC.

 

Rethinking of Coffeshop
Desainer: Bitte Design Studio | Kolaborator: ByoLiving, Rootslab, CS Laminate, Erreluce Lighting Consultant

Kolaborasi merupakan salah satu hal yang selalu dilakukan Bitte Design Studio dalam setiap proses desainnya. Selain itu, tipologi karya arsitektur Food & Beverage bukanlah hal yang asing bagi Bitte Design Studio. Ditambah lagi dengan fenomena coffeshop yang menjamur di semua kalangan. Nilai-nilai itulah yang akhirnya mendasari instalasi “Rethinking of Coffeshop.”

Kolaborasi diinterpretasikan dengan gradasi warna serta tekstur di dalam instalasi. Sedangkan masing-masing warna maupun tekstur menggambarkan keterlibatan masing-masing kolaborator. Disini, Bitte Design Studio tidak mau membeda-bedakan keberagaman tersebut. Sebaliknya, mereka ingin menunjukkan bahwa perbedaan tersebut justru menghasilkan suatu harmoni yang indah.

 

Pavilion
Desainer: Andra Matin | Kolaborator: Sampoerna Kayu, ByoLiving

Manifestasi sebuah rumah tinggal yang ideal menurut Andra Matin adalah tembus pandang, memiliki struktur ringan, dan sirkulasi angin yang lancar. Hal ini pula yang ingin ia sampaikan melalui salah satu instalasinya di ARCH: ID 2022, “Pavilion.”

Seperti biasa, Andra Matin pun menghadirkan sekuens dan sekuel yang menarik melalui instalasi ini. Pengunjung akan masuk secara perlahan-lahan lewat samping melalui ramp. Kemudian, permainan ramp pun masih berlanjut hingga di dalam instalasi. Di sini pengunjung bisa melihat lima maket rumah tinggal yang tersebar di beberapa titik. Menariknya, kelima maket tersebut merupakan teaser dari pameran rumah karya andramatin selama pandemi yang akan diadakan di Kopi Manyar.

 

Transient Placemaker
Desainer: Ketut Dirgantara, Yuni Utami, Rendy Hendrawan, Zefanya Vajrakumaro | Didukung oleh LYSAGHT, Colorbond | Material oleh Bamboo Pure, VIVERE, Fatro LED, EPSON

Transient Placemaker adalah instalasi yang mewakili karya tim Venice Architecture Biennale 2020. Dalam ARCH: ID 2022, karya arsitektur ini disesuaikan kembali dengan konteks tempat serta waktu pembuatannya. Oleh karena itu, hadirlah sebuah instalasi berbentuk lengkung dengan struktur yang bisa diaplikasikan secara cepat.

Ketut Dirgantara dan tim ingin merefleksikan pengalaman ruang dari apa yang akan mereka bawa ke Venice Architecture Biennale 2020. Dalam versi sederhana, pengunjung diajak untuk melalui lorong yang melengkung. Lalu, mereka akan disuguhkan sebuah video tentang Transient Placemaker, serta maket Bade yang aslinya memiliki tinggi 26 meter.

 

A Space Without Space
Desainer: Quadratura | Kolaborator: Aplus

Terinspirasi dari warna merah yang memiliki makna berani, Quadratura bersama dengan Aplus ingin mengajak pengunjung untuk berani menjadi diri sendiri. Melalui instalasi ini mereka berharap pengunjung tidak merasa ada jarak antara satu dengan yang lain. Selain itu, Aplus juga memberikan kesempatan kepada pengunjung untuk mengekspresikan ruang impian mereka di atas gypsum persegi yang telah disediakan.

 

Paradoxical in Architecture
Desainer: RAD+ar | Didukung oleh Mulia Glass Block

Secara singkat, paradoks adalah pernyataan yang kontradiktif (berlawanan), namun dalam waktu yang bersamaan juga mengandung kebenaran. Hal inilah yang diangkat menjadi konsep utama dari instalasi Paradoxical in Architecture, hasil kolaborasi RAD+ar dan Mulia Glass Block.

Instalasi yang menggunakan 2500 buah glassblock ini memang terlihat sederhana dari luar. Tapi siapa sangka bahwa mereka menghadirkan banyak kejutan melalui pengalaman ruang yang tidak terduga. Pengunjung akan dibawa masuk ke dalam ruang berbentuk lingkaran di dalamnya, lalu beranjak naik, hingga mencapai ketinggian enam meter. Dalam perjalanannya, pengunjung akan disuguhkan beberapa maket dan pemikiran-pemikiran kritis RAD+ar mengenai paradoks dalam berarsitektur. Tidak hanya itu, mereka juga menampilkan pengaplikasian glassblock untuk berbagai elemen arsitektur, dari dinding, plafon, hingga furnitur.

 

A Beautiful Mess
Desainer: SENIMANRUANG | Kolaborator: SANDEI, ByoLiving | Didukung oleh Erreluce Lighting Consultant, Antikode, Carol Kuntjoro, [typerfect.]

Instalasi “A Beautiful Mess” hadir untuk merangkul cinta dan perjuangan para ibu sebagai suatu harmoni keindahan, serta kekacauan dalam waktu yang bersamaan.

SENIMANRUANG ingin menunjukkan sudut yang berbeda dalam estetika arsitektur. Keindahannya bukan terletak pada visual instalasinya, melainkan pesan dan makna yang hadir dari tiap kata-kata didalamnya. Bagian yang paling menarik adalah dinding interaktif dimana pengunjung dapat menulis, serta membaca pesan untuk semua ibu. Kemudian, SENIMANRUANG juga menyampaikan puisi dan momen-momen berharga seorang ibu yang dicetak di roller blinds dari SANDEI. Tirai yang bisa dinaik-turunkan pun menjadikan instalasi “A Beautiful Mess” seakan memiliki ruang labirin yang dinamis, dengan komposisi berantakan, tetapi tetap indah.

 

ARCH: ID Square
Desainer: Ary Indra, Hermawan Dasmanto, Ramadhoni Dwipayana | Kolaborator: ByoLiving, Erreluce Lighting Consultant, VASTU Home

Seperti ARCH: ID sebelumnya, kali ini para kurator juga diminta untuk merancang sesuatu di tengah-tengah area pameran. Karena lokasinya yang berada di pusat, maka ketiga kurator ARCH: ID 2022 pun memutuskan untuk menamakannya ARCH: ID Square.

Seperti alun-alun di banyak kota di Indonesia, area ini identik dengan keberadaan pohon beringin. Oleh karena itu, para kurator pun menghadirkan tiga beringin yang merupakan hasil kolaborasi dengan ByoLiving. Menariknya lagi, tiap beringin nantinya akan dibawa oleh kurator ke kota masing-masing. Kemudian, mereka dibebaskan untuk berkreasi dengan instalasi tersebut di kotanya dan akan direspons oleh lingkungan sekitarnya.

 

Dekton
Desainer: Andra Matin | Kolaborator: Cadenza

Berbeda dari instalasi “Pavilion,” karya Andra Matin bersama Cadenza hadir dengan bentuk yang lebih masif, serta garis-garis yang tegas. Selain itu, secara visual pun instalasi ini berdiri meninggi seperti sebuah tower yang hampir seluruh bagiannya berwarna hitam. Namun, itulah yang ingin ditampilkan Andra Matin.

Andra Matin ingin menampilkan produk Dekton – berupa concrete press sebagai material sculptural yang bisa terbuka dan tertutup. Bahkan, pengunjung pun bisa saling mengintip. Tidak hanya itu, tipisnya material Dekton juga ingin ditonjolkan melalui instalasi ini. Maka dari itu, Andra Matin memadukannya dengan besi yang diletakkan sedemikian rupa agar bahan bangunan ini bisa menjadi daya tarik tersendiri.

 

Fortress Europe
Desainer: Budi Pradono | Kolaborator: Penguin

Fortress Europe merupakan instalasi yang merepresentasikan fenomena krisis energi, minyak, maupun pangan di Uni Eropa akibat perang antara Rusia dan Ukraina. Dalam instalasi ini, Budi Pradono memanfaatkan produk dari Penguin yang berupa barrier jalan untuk dipakai sebagai dinding/benteng. Kemudian toren air dan tempat pembuangan limbah yang diberi lampu sehingga bisa mengekspresikan fortress Europe tersebut.

Di sisi lain, arsitek juga ingin memberikan wawasan kepada pengunjung bahwa material polyethylene seperti pembatas jalan dan toren air memiliki value yang lain. Salah satu contohnya adalah pembatas jalan yang ditumpuk bisa digunakan sebagai cabin atau temporary housing.

 

Melting Iceberg
Desainer: Arkitekton | Kolaborator: Intrino Stretched Membrane, Erreluce Lighting Consultant, Jayaboard | Didukung oleh ByoLiving

Isu lingkungan selalu menjadi salah satu topik yang dibicarakan dan digaungkan dimana-mana. Terlebih krisis iklim yang mengancam kelestarian bumi.

Menanggapi hal itu, biro arsitektur Arkitekton dan Jayaboard pun berkolaborasi dalam “Melting Iceberg.” Instalasi yang berbentuk seperti gunung es ini merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan fenomena-fenomena alam yang terjadi. Melalui “Melting Iceberg”, Arkitekton menampilkan proses mencairnya gunung es melalui visual stalaktit. Uniknya, instalasi ini menggunakan papan gypsum dari Jayaboard yang berkelanjutan, eco-friendly, dan dapat didaur ulang sehingga less-waste.

 

The Collective Arc
Desainer: K-THENGONO DESIGN STUDIO | Kolaborator: ADA, Idefab, Woodlam Indonesia | Didukung oleh ByoLiving

Berangkat dari program ruang yang diberikan, yaitu area Tuju-tuju dan paviliun untuk media, Kelvin Thengono pun meresponsnya dengan sebuah bahasa arsitektur sederhana. Ide awalnya berupa boks yang diangkat di salah satu sisinya. Dari situ, terciptalah dua ruangan secara natural tanpa harus membedakannya dengan dinding. Amphiteater di dalam menjadi area Tuju-tuju. Sedangkan paviliun untuk media dilokasikan di bagian bawah boks yang terangkat.

Konsep desain yang tidak biasa ini pun dieksekusi dengan cara yang spesial juga. Berkolaborasi dengan Woodlam Indonesia, instalasi ini pun menggunakan kayu sepanjang 14 meter dengan sistem curve bim. Jenis kayu yang dipakai adalah Glued-Laminated Timber atau Glulam. Kayu ini bukan hanya panjang dan melengkung, melainkan juga mampu menopang struktur. Maka dari itu, tidak mengherankan apabila instalasi ini hadir dengan sangat kokoh dan tetap bisa menampung pengunjung yang menyaksikan Tuju-tuju di dalamnya selama ARCH: ID 2022 berlangsung.

 

 

Article by Fauziah Prabarini
Photos by Sonny Sandjaya, Fauziah Prabarini

Written by

Leave a Reply

Be the First to Comment!

Notify of
avatar
background color : #CCCC
X