Enam Apresiasi dari Kurator Bintaro Design District untuk Partisipan BDD 2020
Setiap penyelenggaran Bintaro Design District, dewan kurator selalu memberikan apresiasi kepada para partisipan dari setiap kategori. Diantaranya adalah instalasi terbaik, pameran terbaik, open architecture terbaik, serta open studio terbaik dan terfavorit. Tidak hanya itu, kali ini kurator juga memberikan penghargaan kepada desainer kursi terbaik dari Pameran Kursi.
Instalasi terbaik: “More/Less” oleh Atelier Riri
Selama tiga kali Bintaro Design District, Atelier Riri selalu konsisten menghadirkan instalasi yang berbeda dan kompleks. Kali ini, More/Less tidak hanya sekadar instalasi fisik, tetapi juga imajiner dalam bentuk virtual reality (VR). Mereka merancang sebuah pengalaman melalui pilihan-pilihan yang diberikan oleh tim Atelier Riri sepanjang instalasi. Kemudian, di akhir perjalanannya, tim Atelier Riri akan menunjukkan desain masa depan dari masing-masing pengunjung berdasarkan pilihan-pilihan sebelumnya. Ada lima desain masa depan yang tim Atelier Riri bayangkan, yaitu Aletheia, Sansargin, Harmonia, Berryl, dan Diastema.
Exhibition terbaik: “Invent your Future Here” oleh Whiteboard Journal
Untuk pertama kalinya Whiteboard Journal berpartisipasi dalam rangkaian Bintaro Design District. Di sini mereka membuat instalasi interaktif yang interaksinya menghasilkan sebuah data pilihan pengunjung terhadap harapan mereka untuk masa depan. Menariknya lagi, Whiteboard Journal juga membuat survey yang hasilnya merupakan upaya untuk menyimpulkan diri kita di masa depan. Lebih lengkap mengenai pameran Whiteboard Journal, dapat dibaca di sini.
Open Architecture terbaik: Smiljan Space oleh SPOA
Hal yang unik pada BDD tahun ini dan dilakukan oleh partisipan adalah dibukanya ruang-ruang komunitas yang bisa digunakan untuk berdiskusi maupun bertukar pikiran. Salah satunya adalah Smiljan Space oleh Rahmat Indrani (Kibo) dan tim SPOA yang desain ruang dan bangunannya dipikirkan dengan sangat baik. Selain itu, kegiatan yang diadakan pun menarik. Diantaranya adalah Mimbar Bebas. Dalam acara tersebut, setiap orang diberikan waktu selama lima menit untuk bebas berbicara, berkeluh kesah, atau berpendapat apapun tanpa direkam dan tidak boleh tersinggung. Untuk upaya-upaya dalam menciptakan ruang komunitas yang bebas, merangsang wawasan, dan membuka pikiran itulah yang membuat para kurator mengapresiasi Smiljan Space menjadi best open architecture.
Open Studio terbaik: Ruangan Asa
Faktanya, wilayah Bintaro terdiri dari daerah yang dikembangkan oleh pengembang (developer) dan perumahan yang dibangun oleh warga sendiri. Ruangan Asa merupakan salah satu biro arsitektur yang berhasil menggabungkan keduanya. Bahkan dalam rangka open studio di Bintaro Design District kali ini, mereka mengajak warga Kampung Utan untuk turut berpartisipasi dan menjadi bagian di dalamnya. Menariknya lagi, pengunjung akan dijemput menggunakan odong-odong untuk menuju studio Ruangan Asa. Setelah itu, mereka akan disambut dengan acara palang pintu – tradisi orang Betawi untuk menyambut tamu. Bagi Danny Wicaksono dan ketiga kurator lainnya, ini adalah pengalaman open studio paling unik selama tiga kali penyelenggaraan BDD.
Open Studio terfavorit: Studio TonTon oleh Antony Liu
Dalam setiap penyelenggaraan Bintaro Design District, Studio TonTon selalu menjadi pilihan favorit untuk didatangi oleh pengunjung. Bahkan jumlahnya pun tidak sedikit. Selain itu, pemberian apresiasi ini juga didasarkan pada sosok Antony Liu yang dikenal oleh kurator sebagai sosok yang obsesif terhadap arsitektur dan hal-hal yang berkualitas tinggi. Semua hal tersebut pun diperlihatkan dalam desain studionya. Studio TonTon jarang atau bahkan tidak pernah terbuka untuk siapapun kecuali saat Bintaro Design District. Itulah yang menjadikan momen open studio ini menjadi lebih menarik, kemurahan hari Antony Liu untuk mengizinkan sebanyak-banyaknya orang untuk masuk ke dalam studionya dan tidak pernah menolak.
Best Collaboration

source: https://www.instagram.com/bintarodesigndistrict/
Untuk pertama kalinya di Bintaro Design District, salah satu partisipannya adalah seorang musisi, yaitu MALIQ & D’Essentials. Melalui perbincangan Danny Wicaksono dengan salah satu personilnya, ternyata teman-teman musisi ingin berpartisipasi dalam BDD sejak tahun 2019. Tahun ini, MALIQ & D’Essentials pun berkesempatan untuk open studio yang berkolaborasi dengan Conture Concrete Lab, Nouvwerks, D.F.O (dendy&darmanstudio), Andra Matin, Studio Woork, dan Roca Indonesia. Kolaborasi inilah yang akhirnya membuka kemungkinan baru untuk menggabungkan musisi maupun sineas Bintaro untuk sama-sama memperkaya jenis kegiatan di Bintaro kedepannya. Karena alasan itulah akhirnya para kurator memberikan apresiasi Best Collaboration kepada mereka.
Desain kursi terbaik oleh Hidayat Endramukti
Salah satu yang berbeda dari Bintaro Design District 2020 dibanding dua sebelumnya adalah penyelenggaraan Pameran Kursi di Gedung Paramita II lantai 15 (lebih lengkapnya baca di sini). Dari 60 desain kursi yang dipamerkan, ada satu rancangan yang menarik perhatian kurator BDD, yaitu karya Hidayat Endramukti. Kursi ini memiliki karakter yang sangat kuat dengan bantalan sofa yang tebal. Meskipun memiliki ukuran yang tidak lazim – agak sedikit lebar dari kursi pada umumnya, kursi ini tetap terasa nyaman ketika dipakai. Kursi ini tidak hanya nyaman, tetapi juga indah dan cantik. Selain itu, Hidayat Endramukti juga dikenal sebagai desainer yang terus konsisten untuk interior maupun produk di Indonesia. Ditambah lagi, kini ia juga menambah persepsi para pengunjung BDD 2020 terhadap desain sebuah kursi. (uci)
Leave a Reply
Be the First to Comment!